Entah mengapa, kemarin sore mata ini tiba-tiba meleleh mengalirkan air saat melihat tanyangan di salah satu TV Swasta Nasional yang menayangkan program kehidupan masyarakat pedalaman di beberapa daerah di Provinsi Banten, terutama dalam hal pendidikan. Kisah pilu,dan mengharukan tampak sekali terlihat saat anak-anak di daerah terpencil dan juga para guru berjuang menuju ke sekolah yang jauh dari kampung halaman mereka.
Ada yang harus berjuang ke sekolah melewati sungai dengan kedalaman 1-2 meter tanpa adanya jembatan pengubung, ada yang harus melewati danau hanya dengan menggunakan perahuu-perahu yang hanya muat untuk beberapa anak kecil, mereka harus mendayung sekitar 1 jam untuk sampai ketepian kemudian mereka harus berjalan menuju sekolah. Ada pula yang harus melewati bukit, hutan dan sebagainya demi untuk mendapatkan pendidikan.
Sebuah perjuangan yang sangat mengggetarkan hati siapa saja yang melihatnya. Dizaman yang sudah serba modern ini, ternyata masih sangat banyak anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan secara nyaman dan aman. Mereka harus berjuang dengan taruhan nyawa, demi mendapatkan pendidikan yang layak. Lalu dimana pemerintah ketika masih banyak anak Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan secara layak, aman dan nyaman? bukankah anggaran pendidikan 20% dari APBN?
Semua pertanyaan tersebut tampaknya belum sepenuhnya di dengar oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah karena hingga saat ini nasib ribuan anak yang belum mendapatkan pendidikan masih belum jelas jeluntrungnya. Pemerintah seakan abai, dan tidak mauu tahu dengan keadaan yang saat ini sedang dialami ribuan anak-anak dari masyarakat miskin yang belum bisa mengenyam pendidikan sebagaimana mestinya.
Lalu akankah keadaan seperti ini harus diterima oleh anak-anak yang memiliki mimpi menjadi orang sukses tersebut? tegakah kita merenggut cita-cita mereka yang berkeinginan untuk menjadi salah satu pemimpin negeri ini? Semoga saja dengan tayangan yang telah dipertontonkan oleh salah satu TV Swasta nasional tersebut bisa membuka hati para pemimpin negeri ini untuk lebih peka terhadap kondisi dan keadaan pendidikan yang di dapatkan oleh anak-anak yang berada di pinggiran maupun di kampung-kampung pedalaman negeri ini.
Jadi kepikiran waktu ikut sosialisasi kurikulum 2013... apa anggaran cuma dihabiskan untuk sosialisasi saja hhmmmm
BalasHapusSosialisasi aja gak menyeluruh mas, hanya kalangan tertentu saja..soal angggaran ya seseungguhnya masih sangat banyak tapi entah penggunaannya gimana itu yang masih misterius..heheheheh
Hapusmakasih ya mas atas komentnya
saya juga bekerja di bidang pendidikan walaupun bukan sebagai pengajar, namun banyak hal yang membuat saya prihatin terhadap dunia pendidikan saat ini terutama sekali pendidikan karakter siswa yang masih sangat kurang sehingga banyak sekali kejadian-kejadian yang memprihatinkan terjadi belakangan ini seperti penyebaran pornografi di kalangan siswa dsb. Semoga pemerintah tidak hanya memikirkan kwalitas nilai saja tetapi moralitas siswa juga harus di fikirkan . Salam kenal dari saya dian ^_^ .
BalasHapusSalam kenal juga dari saya...kalau berkenan follow blog ini ya
Hapussaya sepakat bahwa pendidikan karakter memang belum bisa sepenuhnya diterapkan dalam dunia pendidikan kita..
semoga keadaan pendidikan di Indonesia kia membaik dengan penerapan kurikulum yang baru..amin
setuju sekali pak.. pendidikan sudah menjadi kebutuhan dasar manusia, tapi mengapa pemerintah seolah kurang begitu peka dan lebih menyorot pada masalah daripada sambil lalu mengembangkan pendidikan indonesia..
BalasHapusberita terbaru masalah pendidikan yang sangat mengilukan adalah OSPEK yang diadakan di salah satu perguruan tinggi di Malang, yang membuat seorang mahasiswa meninggal gara-gara ospek..
sungguh, .. potren dan gambar yang buram dan cerminan dari pendidikanyang hanya "Formalitas saja" tanpa melihat kecerdasan manusia.
www.makruf.com
Gambaran pendidikan indonesia yang semacam ini harus mulai kita rubah sedikit demi sedikit ya mas
Hapusmakasih atass kunjungannya, ditunggu follownya pada blog ini ya mas
Sungguh miris ya ! Banten itu ternyata isinya masih jauh dari harapan apalagi ketika melihat anak sekolah yang ingin bersekolah harus menyebrangi "lautan" dalam arti menantang maut.
BalasHapusiya, itulah sedikit gambaran potret dan realita anak-anak bangsa yang harus menantang mau hanya demi mendapatkann pendidikan
Hapusmakasih atas kunjungannya..
ditunggu follownya pada blog ini, makasih
dengan seperti itulah akan lahir generasi penerus bangsa yang tangguh, coba kita pikir jika anak lahir dengan teknologi yang sudah ada mesti generasinya setangguh tangguhnya.. contoh presiden habibie beliau adalah anak desa tapi sukses tapi jika anak serba mapan jadinya apa kedepannya?!
BalasHapusSemua jalan bisa ditempuh, semoga dengan jalan terjal di awal akan membuat anak bangsa yang dari golongan kuurang mamppu akan berhasil dan jaya di hhari esok
Hapusmakasih atas kunjungannya
jika berkenan follow blog ini ya
makasih